Sistem Pembelajaran Dalam Islam

 

Sistem pembelajaran dalam Islam telah mengalami perkembangan yang signifikan dari zaman kuno hingga modern. Berikut adalah penjelasan kronologis dan sistematis mengenai perkembangan sistem pembelajaran dalam Islam dari awal kemunculannya hingga era modern:

1.   Zaman Nabi Muhammad SAW (610–632 M)

     Ciri Utama:

  • Langsung dari Rasulullah SAW: Rasul sebagai guru utama.
  • Tempat belajar: Rumah-rumah sahabat dan Masjid Nabawi.
  • Materi utama: Al-Qur’an, tauhid, akhlak, hukum Islam.

Metode:

  • Hafalan (menghafal wahyu),
  • Lisan dan tanya jawab,
  • Keteladanan langsung (uswah hasanah).

Contoh: Ashab as-Suffah adalah kelompok sahabat yang tinggal di serambi masjid untuk belajar langsung dari Nabi.

2. Zaman Khulafaur Rasyidin & Dinasti Umayyah (632–750 M)

      Ciri Utama:

  • Pendidikan lebih terstruktur.
  • Penulisan dan pengumpulan mushaf Al-Qur’an (zaman Khalifah Utsman bin Affan).
  • Awal mula pengajaran ilmu-ilmu selain agama (seperti bahasa, sejarah, dll).

Tempat Belajar:

  • Masjid dan rumah ulama.

3. Zaman Dinasti Abbasiyah (750–1258 M) – Masa Keemasan Islam

 Ciri Utama:

  • Puncak perkembangan ilmu pengetahuan Islam.
  • Didirikan lembaga pendidikan formal, seperti:
    • Madrasah (misalnya Madrasah Nizamiyah oleh Nizam al-Mulk),
    • Bayt al-Hikmah di Baghdad: pusat penerjemahan dan riset.

Ilmu yang Diajarkan:

  • Agama: tafsir, hadits, fiqh.
  • Umum: kedokteran, matematika, astronomi, filsafat, kimia.

Metode:

  • Diskusi ilmiah (halaqah),
  • Pengajaran oleh guru-guru besar (ulama),
  • Sistem sanad dalam transmisi ilmu.

4. Zaman Kerajaan Islam Nusantara (Abad 13–17 M

      Ciri Utama:

  • Pendidikan berbasis pesantren.
  • Peran ulama sangat kuat.
  • Penggunaan kitab kuning (berbahasa Arab dan Jawi).

Tempat Belajar:

  • Pesantren, surau, langgar.
  • Santri tinggal dan belajar bersama kiai

Metode:

  • Sorogan (individu),
  • Bandongan (kelas besar),
  • Hafalan.

5. Zaman Kolonial (Abad 17–20 M)

       Ciri Utama:

  • Sistem pendidikan Barat mulai masuk.
  • Dualisme sistem: pendidikan Islam tradisional vs pendidikan modern ala Barat.

Respon Umat Islam:

  • Reformasi pendidikan Islam oleh tokoh seperti:
    • Syekh Ahmad Dahlan (Muhammadiyah),
    • KH Hasyim Asy’ari (Nahdlatul Ulama).

Lahir lembaga pendidikan Islam modern yang menggabungkan kurikulum agama dan umum.

6. Zaman Modern & Kontemporer (Abad 20–21 M)

      Ciri Utama:

  • Lahirnya pendidikan Islam formal di berbagai level:
    • MI, MTs, MA, hingga universitas Islam (UIN, IAIN, STAI).
  • Integrasi antara ilmu agama dan ilmu dunia.
  • Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran (e-learning, digitalisasi kitab).

Lembaga Modern:

  • Universitas Al-Azhar (Mesir),
  • UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
  • International Islamic University Malaysia (IIUM).

Metode:

  • Kurikulum nasional dan internasional,
  • Pendekatan ilmiah-modern,
  • Kolaborasi riset global.

7. Era Digital & Revolusi Industri 4.0–5.0

Ciri Utama:

  • Pembelajaran daring (online),
  • E-learning platform (Google Classroom, Moodle, dll),
  • Santri digital, kelas virtual, pembelajaran berbasis AI.

Tantangan:

  • Digital divide (kesenjangan teknologi),
  • Otentisitas ilmu (validasi sanad dan sumber),
  • Ketergantungan pada teknologi.

Kesimpulan:

Sistem pembelajaran dalam Islam:

  • Berakar dari wahyu dan tradisi lisan,
  • Berkembang menjadi sistem formal dan terstruktur,
  • Kini bertransformasi melalui digitalisasi dan globalisasi.

Islam tidak pernah menolak ilmu dan pendidikan, tetapi terus menyesuaikan dengan zaman tanpa kehilangan ruh keilmuannya.

 By : Al Khamidy


Lebih baru Lebih lama